INTERNALISASI NILAI-NILAI PENGKADERAN DI HMI

(INTERNALISASI NILAI-NILAI PENGKADERAN DI HMI)

Disampaikan oleh M. Maghfury

dalam KONFERCAB HMI Cab. Kediri Tahun 2010 di Kediri



Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Nahmaduhu wa Nastagfiruhu wa Naudzubillahi min sururi anfusina wa min sayyiati a’malina mayyahdi lahu fala mudzilallah wa man yudlil fala hadziallah Asyhadu anla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah lahaula wala kuaata ila billah.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, taufiq dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada kita semua. Teriring do’a semoga kita semua senantiasa mendapatkan limpahan berkah, sehingga hati dan pikiran jernih kita selalu dibimbing petunjuk-Nya dalam mengambil setiap keputusan di forum yang mulia dan penting kali ini. Amiin.

Saudara-saudaraku sekalian yang kami hormati. Sembari melayangkan pandangan ke hadapan wajah-wajah kader-kader terbaik bangsa di mimbar ini, ijinkan terlebih dahulu kami mengambil sebuah pesan dalam Kitab Suci. Al-Qur’an mengamanatkan kepada kita, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.” (QS Al-Hujuraat : 13)

Sebagaimana pesan Qur’an diatas, kami pun berharap agar kader-kader HMI Cabang Kediri yang berkumpul di forum terhormat ini, telah saling berinteraksi, saling merajut tali persaudaraan, dan saling menyamakan persepsi serta visi guna menyongsong hari, HMI Cabang Kediri kedepan yang cemerlang.

Selanjutnya, barangkali sebagian besar di antara kita sudah cukup lelah setelah sekian hari bergulat dengan tanggung jawab masing-masing dalam organisasi. Namun demikian, kelelahan fisik kita nampaknya telah terobati ketika kita semua mengikuti tahapan pencalonan formatur HMI Cabang Kediri yang cukup strategis ini: Pemilihan Ketua Umum/Formateur. Dikatakan cukup strategis, karena figur Ketua Umum/Formateur HMI ini nanti yang akan memandu kita dalam merespon perubahan besar di HMI Cabang Kediri, dan juga dalam mempersiapkan kader-kader tangguh di kepengurusan tahun depan.

Kami pun sungguh terharu dan merasa mendapatkan kehormatan yang sangat tinggi ketika mendapatkan amanah dari kawan-kawan untuk tampil sebagai salah satu calon Ketua Umum/Formateur dalam forum yang mulia ini. Oleh karena mulianya forum ini, maka sebelum mengambil keputusan strategis bagi kepentingan HMI ke depan, kami, sekali lagi, berdo’a semoga dalam tahapan ini hati kita tetap merdeka dalam membimbing pikiran-pikiran cerdas kita.



A. Pendahuluan

1. latar belakang

MAHASISWA DAN PERUBAHAN, kalimat ini memang sudah sangat singkron dan sudah begitu melekat untuk disandingkan menjadi elemen kata yang tidak bisa di pisahkan, hal ini karena perubahan-perubahan di negara manapun di dunia telah dilakukan oleh insan yang bernama mahasiswa. Mahasiswa sebagai insan kampus yang masih idealis serta bersikap independen merupakan penentu kemajuan masa depan sebuah bangsa. Jadi, sangat pantaslah kalau mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa memikul tanggung jawab ini. Mahasiswa sering melakukan gerakan-gerakan ke arah perubahan untuk kemajuan bangsa serta keadilan bagi masyarakat2.

Begitu pula Kita sebagai kader Himpunan Mahasiswa Islam, yang sadar akan realitas sosial seharusnya lebih peka akan realitas tersebut. Kondisi HMI Cab. Kediri mengalami BANYAK KEMUNDURAN dalam satu periode ini, tentunya periode kedepan kita harus membuat desakan/dorongan yang merupakan agregat sosial dengan tahapan yang padu serta berkolaborasi untuk tujuan yang sama yang pada akhirnya dapat mempengaruhi proses membuat keputusan kebijakan, baik secara organisatoris maupun etis.

Kondisi HMI Cabang Kediri mengalami kemunduran yang sangat drastis, disbanding periode sebelum-sebelumnya. Penurunan tersebut pada bidang Intelektual, loyalitas berorganisasi, Keharmonisan kepengurusan internal Cabang, tingginya naluri politik yang tidak diakomodasi secara demokratis, kurang adanya kepedulian atas pengkaderan, supremasi AD/ART HMI yang kurang tegas dan lain sebagainya pertanyaanya, APAKAH KITA SEBAGAI KADER HMI, KHUSUSNYA HMI CABANG KEDIRI CUKUP DENGAN DIAM DAN TERMENUNG SAJA MELIHAT REALITAS SEPERTI ITU??????....................BUKAN SEPERTI ITU KADER YANG DIHARAPKAN HMI.

2. Rumusan Masalah

a. Apa yang menjadi pemicu penurunan Organisasi HMI Cab. Kediri??????....

b. Langkah Strategis apa yang harus kita lakukan sebagai anggota/ kader HMI Cab. Kediri????????....

B. Pembahasan

a. Kondisi obyektif HMI Cabang Kediri secara singkat

HMI CABANG dalam struktur kepemimpinan di HMI adalah dibawah PB HMI dan di atas HMI KOMISARIAT3 secara organisatoris, HMI Cabang sebagai pemegang kendali HMI komisariat yang nota bene “SEBAGAI UJUNG TOMBAK PENGKADERAN” kalaupuntoh kondisi HMI Cabang Kediri masih seperti ini APA KATA DUNIA??? lebih parah lagi APA KATA KOMISARIAT???

Kondisi secara obyektif4 HMI Cabang kediri dapat dibagi menjadi dua, yaitu kondisi Internal organisasi dan kondisi eksternal organisasi.

1. Kondisi Internal

Penurunan Intelektual.

Tidak membangun budaya semangat berorganisasi

Keringnya akan wawasan ke Islaman

Pengkaderan Formal saja, yang menjadi tolok ukur keberhasilan.

Loyalitas kepengurusan yng masih dipertanyakan

Dominasi naluri politik yang berlebihan.

Kepentingan Pribadi kader mengalahkan kepentingan bersama dalam berorganisasi.

Demensi religiusitas yang kurang di tekankan.

Tata administrasi yang tidak jelas.

Supremasi AD/ART yang kurang tegas.

Kurangnya pengkaderan non formal.

Tidak memediasi jiwa-jiwa INTERPRENEUR kader

Kurangnya pemahaman akan menegemen konflik, yang menganggap konflik adalah hal yang negative.5

2. Kondisi Eksternal

Kurang harmonisnya hubungan HMI Cabang Kediri dengan Birokrasi Pemerintahan kabupaten dan kota kediri.

Imet negatif HMI Cabang Kediri yang terexspos pada organisasi lain.

Hubungan dengan donatur organisasi, baik partisipan, Instansi, Pemerintahan, dan Juga KAHMI yang kurang baik.

Dalam Momen Pesta Demokrasi PB HMI, tidak dapat menjaga nama baik institusi HMI Cabang Kediri dengan baik. Akan tetapi terkalahkan oleh kepuasan Pribadi ansih.

Lebih mengedepankan sifat premordialisme ansih, yang menyuburkan kelompok-kelompok, sekte-sekte yang mengganggu keharmonisan organisasi.6

b. Perubahan secara langkah strategis yang harus dicapai

SKEMA KESELARASAN SOSIAL yang dibangun sedemikian jauh masih tergantung dalam RUANG VAKUM. Langkah berikutnya haruslah menyediakan suasana yang lebih luas. Keselarasan (Harmoni) sosial harus diletakkan dalam lingkungan. Ada dua Lingkungan. Pertama, lebih intuitif yakni lingkungan alam, yang kedua Kurang intuitif yakni Kesadaran.7

Baiklah, kami akan langsung ke inti persoalan tentang agenda-agenda strategis bagi upaya pembaharuan di tubuh HMI Cabang Kediri. Pada garis besarnya pokok pikiran ini terbagi ke dalam enam hal.

1. Peningkatan Visi Intelektual.

Upaya untuk membangkitkan kembali kekuatan intelektual dari kader-kader HMI hukumnya fardhu. HMI harus semakin menyadari bahwa dinamika intelektual dari organisasi-organisasi lain semakin berkembang, sementara sebaliknya justru HMI semakin meredup. HMI yang dulu senantiasa berada di garda depan dalam perkembangan wacana pemikiran, dituntut untuk melanjutkan prestasi sejarah tersebut.

Upaya untuk membangkitkan kembali kekuatan intelektual ini membutuhkan beberapa hal. Pertama, lingkungan yang kondusif, berupa kebijakan organisasi dan komitmen para pemimpin organisasi di berbagai tingkatan.8 Kedua, menyediakan ruang organisasi sebagai sarana bagi debat pemikiran, seperti jurnal ilmiah, tetapi harus diwujudkan sebagai ruang dialektika gagasan bagi kader-kader HMI Cabang Kediri. Ketiga, membentuk institusi penyangga berupa grub studi/study club, berikut pembimbing atau konsultannya. Grup studi terbatas ini juga merupakan lahan dan persemaian para intelektual baru di HMI Cabang Kediri. Karena penajaman kapasitas akademis intelektual itu dapat dilakukan dengan tiga hal, yakni membaca, menulis dan berdebat (diskusi). Sementara bentuk-bentuk praksis dari komitmen intelektual, yakni sikap-sikap respon harus ditajamkan dengan institusi penyangga yang bersifat advokasi. Kader-kader HMI harus semakin banyak dikenalkan dan disentuhkan dengan masalah-masalah kemasyarakatan, sehingga intelektual HMI bukan intelektual buku atau teori, tetapi juga diterjemahkan ke dalam upaya-upaya kongkrit di masyarakat.

Dengan demikian, perkembangan wacana pemikiran yang belakangan ini sangat intensif, minimal dapat diikuti oleh HMI Cabang Kediri. Bahkan kalau memungkinkan HMI Cabang Kediri justru harus mampu menjadi konduktor bagi orkestra perkembangan wacana-wacana baru, Karena dengan jalan ini, upaya untuk menyuarakan ide Progresif akan dapat diejawantahkan. Selain itu, ketajaman dan penguasaan wacana pemikiran itu dapat diterjemahkan menjadi kritis yang konstruktif.

2. Peningkatan Kualitas Perkaderan.

Perkaderan HMI Cabang Kediri di masa datang harus benar-benar berkualitas. Dalam bahasa yang cukup menggugah, yakni bagaimana kita senantiasa “MENGEMBANGKAN PERKADERAN, DAN MEMBANGUN PERADABAN.” Kualitas perkaderan itu sangat ditentukan oleh kemampuan kita untuk menjauhkan diri dari formalism perkaderan. Karena  perkaderan formalisme akan menggiring dinamika perkaderan HMI sekedar menjadi pertrainingan. Bagi HMI, sekedar pertrainingan adalah reduksi yang sangat berbahaya bagi totalitas perkaderan HMI yang sesungguhnya.

Perkaderan formal penting sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan administratif-struktural yang bersifat formal, serta kerangka-kerangka dasar yang harus dikembangkan lebih lanjut. Sementara perkaderan non-formal dan informal adalah medan yang lebih luas untuk proses penempaan kualitas kader-kader. Intelektualitas, profesionalitas, loyalitas, religiusitas dan integritas para kader diasah lebih tajam dalam perkaderan yang non-formal dan informal, seperti up-grading, follow up, diskusi, seminar, riset dan sebagainya.

Agenda lainnya adalah meningkatnya kuantitas dan kualitas pelaksanaan LK I, dan LK II, sehingga produk dari rekruitmen dapat terserap dan dikembangkan kualitasnya secara maksimal.

Dalam rangka peningkatan kualitas perkaderan (formal), maka pemahaman segenap pelaku training terhadap pedoman perkaderan perlu ditingkatkan. Selain itu, kualitas instruktur dan pengelola training wajib diperhatikan, misalnya dengan memperbanyak pelaksanaan Sekolah Pengelola Latihan dan Sekolah Instruktur.

3. Modernisasi Organisasi.

Upaya modernisasi organisasi harus menjadi perhatian yang serius. Dimensi-dimensinya bukan hanya semata struktural, tetapi juga kultural.

Beberapa hal yang harus mendapatkan perhatian adalah: Pertama, mendorong keluarga besar pengurus HMI Cabang kediri untuk membangun dan meramaikan sekretariat. Dalam hal ini HMI Cabang kediri harus memainkan peran sebagai fasilitator dan motivator bagi HMI Koms. Lingkup Cabang Kediri. Kedua, menumbuhkan kultur dan semangat dalam organisasi. Ketiga, menguatkan kultur taat asas, dengan peningkatan pemahaman dan loyalitas pada aturan main atau mekanisme organisasi. Keempat, meningkatkan kualitas interaksi dan komunikasi, baik secara vertikal maupun horizontal. Selain forum-forum resmi organisasi, perlu diperbanyak forum-forum kecil yang bemanfaat. Kelima, dengan menerbitkan media komunikasi berupa buletin aktifitas. Ini penting bagi sosialisasi kebijakan-kebijakan organisasi secara lebih merata sekaligus bermanfaat untuk membangun kesamaan visi organisasi, baik berkaitan dengan persoalan-persoalan ekstern maupun intern organisasi.

4. Peningkatan Kualitas Keislaman.

Umumnya dalam dalam perbincangan-perbincangan umum tentang Islam apalagi dalam pembahasan bidang-bidang khusus seperti hukum dan pendidikan Islam, Indonesia sangat diabaikan, walaupun negeri ini negeri muslim yang paling banyak pendudukanya. Ini disebabkan adanya kesan umum bahwa Indonesia adalah kawasan umum yang berada “di luar arus pemikiran intelektual”. Namun di masa-masa akhir ini telah terjadi kegiatan intelektual Islam tingkat tinggi di Indonesia. Kebangkitan Nahdlotul Ulama’ dan Muhammadiyah kelompok konservatif dan progresif dalam Islam di Indonesia. Tetapi dengan tibanya masa kemerdekaan, mulailah tahap baru yang khusus dan sangat dinamis di Indonesia, tidak hanya dalam lapangan politik tetapi juga pendidikan Islam9.

HMI adalah diantara salah satu media pendidikan Islam, Komitmen HMI pada Islam sebagai ajaran dan umat Islam sebagai entitas musti benar-benar berupaya diwujudkan. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa hal yakni: Pertama, melanjutkan upaya pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia. Ini hanya mungkin apabila HMI membangkitkan kembali wacana-wacana keislaman. HMI harus semakin mampu memainkan perannya untuk memproduksi gagasan-gagasan baru tentang Islam yang rasional, modern dan inklusif. Kedua, dengan senantiasa memperjelas identitas empiris ditengah-tengah dunia kemahasiswaan. Hal ini penting untuk menangkis gejala yang mulai berkembang di beberapa kampus-kampus Kecenderungan itu muncul karena HMI dikesan sebagai kurang jelas identitas keislamannya. Ketiga, memperkuat ruh spiritualitas dalam dinamika organisasi untuk mengimbangi perkembangan rasionalitas yang kadangkala terlalu maju. Artinya, harus ditegaskan bahwa kualitas seorang kader, salah satunya, diukur dari dimensi-dimensi spiritualitasnya.

5. Penguatan Basis HMI di Kampus.

HMI dituntut untuk menterjemahkan komitmen kemahasiswaannya secara sungguh-sungguh. Dalam kerangka itu dibutuhkan reorientasi aktivitas yang diarah-orientasikan untuk mengakomodasi aspirasi, kepentingan, dan  kebutuhan mahasiswa. Hal ini penting bagi upaya memperkuat kembali basis HMI di kampus. Semangat HMI sebagai second campus akan terwujud apabila secara empiris, aktivitas-aktivitas HMI benar-benar bersifat bias di terima dengan dunia kampus.

Dalam rangka itu, maka komisariat sebagai ujung tombak HMI di kampus harus mendapatkan perhatian yang serius, sehingga kemampuannya untuk menjadi representasi HMI benar-benar mewujud. Komisariat harus mampu merumuskan aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan kegiatan kampus yang akan menyentuhkan dinamika komisariat dan dinamika riil kehidupan kemahasiswaan.

Dalam rangka mendinamisir kehidupan kampus, maka HMI musti mendorong dan menyuarakan pentingnya kehadiran organisasi ekstra di kampus. Kehadiran organisasi ekstra sangat dibutuhkan untuk membangun dinamika kemahasiswaan yang sehat, sehingga akan lahir tokoh-tokoh mahasiswa. Setidaknya, tokoh mahasiswa harus mempunyai lima kualitas, yakni kedalaman ideologis, wawasan politis, kemampuan komunikasi sosial dan kemampuan membangun solidaritas sosial didalam realitas kampus yang majemuk.

6. Pengembangan Visi Kewirausahaan.

Bagi HMI, entrepreneurship termasuk orientasi baru, tetapi mesti mendapatkan perhatian perhatian yang sungguh-sungguh. Bukan saja karena merupakan salah satu terjemahan kongkrit dari semangat profesionalitas, tetapi juga akan memberikan kontribusi yang strategis bagi kepentingan umat dan bangsa di masa depan. Umat boleh kuat secara politik dan intelektual. Tetapi kalau secara ekonomi masih marginal, maka upaya kekuatan umat Islam akan mendapat hambatan yang sangat berarti. Untuk itu, sangat mendesak dilahirkannya generasi muda muslim yang bergerak menjadi entrepreneur. Orientasi pada kewirausahaan ini, pada jangka menengah akan mengarah pada pembentukan kelas menengah (middle  class) ekonomi, yang akan menjadi pilar bagi kekuatan ekonomi umat. Hal ini juga sekaligus akan memperkuat posisi ekonomi bangsa dalam dinamika internasional yang semakin kompetitif. Hal demikian, secara internal juga bermanfaat untuk mengurangi dominasi orientasi politik.

Penguatan visi kewirausahaan ini juga musti disambut dengan upaya-upya yang lebih kongkrit, seperti membuka akses kepada pelaku-pelaku ekonomi yang sudah mapan, akses modal, dan sebagainya.Tugas untuk itu tidak akan maksimal kalau hanya dilakukan secara personal, sehingga dibutuhkan upaya-upaya yang lebih sistematis secara institusional.

Dalam kaitan itu, maka KPP di HMI Cabang Kediri harus dikuatkan eksistensinya. Tetapi pengembangan KPP harus dilakukan dengan spesifikasi, sesuai dengan kondisi lokalitas. Sebuah Cabang HMI sebaiknya memilih satu jenis wira usaha yang paling mungkin dikembangkan.

Demikianlah usaha untuk menginternalisasikan nilai-nilai pengkaderan dalam HMI, yang merupakan terjemahan dan keyakinan dan visi bagi pengembangan HMI Cabang Kediri ke depan.

0 komentar:

Posting Komentar