G a l e r i

Pelantikan Pengurus HMI Cabang Kediri periode 2011-2012

G a l e r i

Raker Pengurs di Air Terjun Sedudo Nganjuk

G a l e r i

Wisuda Penguus HMI Cabang Kediri periode 2011-2012

G a l e r i

Kajian Rutin bersama alumni HMI

G a l e r i

Audiensi Pengurus HMI bersama Bupati Kediri

G a l e r i

Aksi Peringatan Hari Pancasila di gedung DPRD Kota Kediri

G a l e r i

Training of Trainers (TOT) NDP HMI Cabang kediri

G a l e r i

Kongres PB HMI XII Depok

G a l e r i

KONFERCAB XXX HMI Cabang Kediri

Kecenderungan Mahasiswa Sekarang

Kini para mahasiswa telah demikian menyenangi program MTV ketimbang ketoprak, lebih doyan makan KFC dan Mc Donald, daripada makan SGPC (sego pecel), merasa lebih gaul jika bergaya layaknya fashion show, menenteng handphone dengan model terbaru, dan menghabiskan malam dengan nongkrong di kafe atau shoping di mall.


Fakta ini bisa ditafsirkan sebagai wujud sebuah generasi yang telah menjauhi nilai-nilai kultural dan etik tradisional yang luhur dari bangsa Indonesia. Katanya para kritikus kebudayaan, dalam kajian culture studies, penyebab pergeseran kebudayaan ini adalah akibat dari “globalisasi” sebagai sebuah gerakan budaya, yang telah meruntuhkan totalitas, kesatuan nilai dan kepercayaan tradisional.


Generasi muda yang kehidupan sosialnya telah dibesarkan oleh radio, TV, dan ikon-ikon dari budaya massa. Para pengusaha yang hanya berfikir bagaimana meraup keuntungan yang sebanyak-banyaknya—dan melupakan pertimbangan kajian kebudayaan yang mendalam—akan berpikir praktis bagaimana menciptakan “tempat” pertemuan dan penyaluran life style kalangan muda (youth marketing). Tempat hiburan, makan-minum, toko pakaian, café, tempat kumpul-kumpul dengan penampilan menarik adalah pilihan yang paling menjanjikan. Mahasiswa dan kaum muda lainnya memang kian tumbuh menjadi pasar yang menggiurkan.


Jika anda berkunjung sesekali kebeberapa mall, para mahasiswa dan pelajarlah yang dominan datang ke mall. Sebagian besar dari mereka menggunakan busana yang modis : celana jeans atau celana yang potongannya nempel di pinggul, dibalut kaus ketat (baby shirt) yang sedikit menampakkan pusarnya, serta sepatu/sandal gaul. Sangat jelas bahwa anak muda ini adalah “target pasar” pasar utama.



Inilah proyek besar “komodifikasi” gaya hidup, atau menjadikan gaya hidup sebagai “komoditas” yang diperdagangkan, yang jelas-jelas korbannya adalah para mahasiswa. Meskipun seringkali mereka tidak menyadarinya. Proyek komodikasi gaya hidup kaum muda adalah strategi kebudayaan yang paling ampuh untuk menghancurkan kepribadian manusia-manusia muda ini yang masih dalam proses pembentukan dan pencarian identitas, baik menyangkut masalah nilai, identitas diri, harapan maupun masa depannya.



Jika sebelumnya kita telah sedikit mengutarakan bagaimana perubahan budaya yang terjadi di kalangan mahasiswa masa kini. Dan kita akan mengatakan tidaklah tepat bagi HMI di zaman ini untuk merebut kembali posisi menjadikan “masjid kampus” sebagai basis gerakan. Bukan karena masjid kampus itu tempat yang tidak mulia lagi—selain disebabkan kompetitor yang lebih banyak (HTI, Salafi, ataupun KAMMI)—tapi karena kecenderungan baru dalam kebudayaan mahasiswa. Apa pasal ?



Sekarang ini yang dijadikan masjid bagi mahasiswa adalah mall, café, dan tempat nongkrong lainnya. Sehingga, HMI merasa jauh lebih baik jika mengambil tanggungjawab dakwah kepada mahasiswa yang telah terkena imbas budaya global ini. Memilih target generasi “muslim tanpa masjid” tak berarti meninggalkan masjid, justru ingin mengembalikan kegandrungan mahasiswa kepada kemendasaran masjid sebagai sentral gerakan di dalam dunia Islam.